Obama mengawali agenda resmi pada hari paling sejarah dalam hidupnya itu dengan mendatangi Presiden George W. Bush di Gedung Putih pada pukul 10.00 waktu setempat. Dalam perjalanan dari Blair House, tempat Obama tinggal sementara di Washington D.C., Obama dan keluarga untuk kali pertama mengendarai mobil kepresidenan Cadillac One yang berjuluk “The Beast”.
Bush dan istri, Laura, menyambut Obama dan istri, Michele, di serambi Gedung Putih.
Michelle dengan balutan setelan krem tampak anggun menggandeng kedua putrinya, Malia dan Sasha, yang memakai setelan biru dan merah muda. Setelah berbasa-basi sebentar, rombongan Obama dan Bush bersama-sama melaju lokasi pelantikan Gedung Capitol di Pennsylvania Avenue.
Ratusan ribu orang yang bersiap-siap di sekitar lokasi sejak pagi buta melambaikan tangan dan bersorak-sorak ketika mobil limusin berwarna hitam Obama melaju pelan di jalan utara Gedung Putih sampai Gedung Capitol. Saat Obama kembali ke Gedung Putih usai dilantik menjadi presiden ke-44 AS, Bush dalam perjalanan pulang ke rumah peternakannya di Texas bersama mobil-mobil pengangkut barang.
Pukul 11.15 waktu setempat atau pukul 23.15 WIB rombongan Obama dan Bush tiba di Gedung Capitol. Mereka disambut oleh Senator Dianne Feinstein, ketua panitia pelantikan. Setelah mengikuti doa pelantikan dari Rick Warren, seorang pastor evangalis konservatif dan gelaran musik oleh Aretha Franklin acara inti inaugurasi yaitu pengambilan sumpah dimulai.
Tepat pukul 11.46 waktu setempat atau pukul 23.46 WIB, Joseph Biden disumpah lebih dulu sebagai wakil presiden baru AS. Sepuluh menit kemudian giliran Obama. Mantan senator berumur 47 tahun itu diambil sumpahnya di bawah Injil yang sama dengan yang digunakan Abraham Lincoln, presiden ke-16 AS yang Proklamasi Emansipasinya membebaskan perbudakan. Dengan jas hitam resmi, Obama menirukan bunyi sumpah yang dibacakan Ketua Mahkamah Agung AS John G. Roberts. “Saya dengan setia akan mengabdikan diri kepada rakyat Amerika sepenuh hati,” bunyi salah satu sumpah Obama.
Selanjutnya Obama menyampaikan pidato pertamanya sebagai presiden AS. Dalam uraian selama 20 menit yang paling ditunggu-tunggu itu Obama menekankan dua tema, yaitu tanggung jawab dan akuntabilitas. Obama menegaskan, pemerintahannya akan memprioritaskan pemulihan ekonomi, penarikan pasukan AS dari Iraq, serta kode etik pemerintahan pada minggu-minggu pertama. Ia juga berjanji akan memperbaiki kerjasama yang baru dengan dunia Islam.
Obama mengatakan, Amerika terluka karena mentaliatas “yang pertama adalah saya” yang berkontribusi terhadap krisis ekonomi yang kini terjadi. “Karena itu, saya mengimbau siapa saja, khususnya perusahaan dan bisnisman, untuk mengambil tanggung jawab dengan aksi nyata,” ujarnya seraya meminta meminta rakyat Amerika optimistis.
Pidato itu disambut gegap gempita sekitar dua juta orang yang menjadi saksi langsung momen terbesar dalam sejarah AS itu. Mereka yang telah menunggu enam jam lebih di tengah udara dingin yang menggigit sejak matahari belum terbit itu, bertepuk riuh rendah sambil mengibar-ngibarkan bendera AS pada saat Obama mengakhiri pidato. Jutaan orang itu terdiri atas berbagai ras, wilayah, dan usia. Sebagian dari mereka bahkan terlalu muda dan terlalu tua.
Betty Bryant, 70, yang datang dengan bus carteran dari Georgia, saat ditemui di dekat Reflecting Pool di Alun-Alun Nasional (National Mall) menyatakan kebahagiaannya. “Saya sangat bahagia masih hidup untuk menyaksikan peristiwa yang indah ini,” katanya. Di dekatnya sekelompok orang menyanyikan sebait lagu God Bless America.
Setelah pembacaan puisi oleh Elizabeth Alexander dan doa ucapan syukur yang dipimpin Joseph E. Lowery, Obama mengakhiri acara pelantikan dengan mengajak seluruh keluarganya naik ke atas panggung. Mereka bersama seluruh hadirin menyanyikan lagu kebangsaan diiringi Band Angkatan Laut “Sea Chanters.” Setelah itu Obama mengantar mantan Presiden George W. Bush dalam sebuah upacara purnabakti sebelum menghadiri acara makan siang bersama pimpinan DPR dan Senat di Statuary Hall, Capitol.
Kemeriahan inaugurasi Obama mencapai puncaknya ketika parade berlangsung di Pennsylvania Avenue. Dipimpin rombongan Obama, arak-arakan berupa float hias yang mewakili 50 negara bagian bergerak megah dari Gedung Capitol menuju Gedung Putih. Lautan manusia menyaksikan parade besar yang mengantarkan Obama ke kediaman barunya sampai empat tahun ke depan. Di Gedung Putih, Obama dan keluarga menjadi tuan rumah untuk sepuluh jamuan resmi.
Upacara pelantikan tadi malam dan masih berlangsung pagi ini, menandai puncak karir politik alumnus SDN Menteng 01 Jakarta yang melesat. Dalam waktu kurang dari lima tahun, politikus Partai Demokrat tersebut bangkit dari senator yang sering diejek media karena “namanya yang lucu”, sehingga menempati jabatan tertinggi di negara adidaya.
Kemenangan Obama banyak terbantu oleh meluasnya penyangkalan terhadap kebijakan-kebijakan Presiden George W. Bush yang meninggalkan Gedung Putih sebagai salah satu presiden AS tergagal dalam sejarah. Peringkat dukungan yang melonjak setelah serangan teroris 11 September 2001, terus merosot tajam akibat Perang Iraq, keterlambatan menangani Badai Katrina, serta krisis keuangan terakhir.
Dalam rentang kampanye 16 bulan, Obama berhasil meyakinkan rakyat Amerika. Meski dirinya relatif tidak berpengalaman, dia dapat memutar kembali roda perekonomian dan mengakhiri Perang Iraq.
Sebagai orator berbakat dan inspiratif, Obama menyatakan akan mengedepankan diplomasi, mencari solusi global bagi perubahan iklim dunia, menolak penyiksaan, dan menutup penjara Guantanamo. Janji itu ampuh. Bukan hanya rakyat AS yang terpikat sehingga memilihnya dalam pilpres, namun juga dunia. Obamania melanda di mana-mana. Dari tanah leluhurnya di Kenya, tempat tinggalnya saat masih kecil di Indonesia, hingga tempat masa remajanya dihabiskan di Hawaii.
Demam Obama menyapu seantero dunia. Hal itu membuktikan harapan publik bahwa presiden baru AS tersebut akan memimpin dunia memasuki era baru yang bebas krisis. (AP/CNN/kim)